Ada Apa Dengan Mangrove?

“Mangrove itu Bakau kan?”. Bagi yang pemikirannya seperti itu, berarti kita sama. Iya, sama-sama salah. Jika salah, jangan bersedih, mari kita belajar bersama mencari yang benar.

Jadi sebenarnya mangrove itu sebutan untuk jenis dan komunitas tumbuhan pesisir, sedangkan bakau adalah sebutan bahasa Indonesia untuk salah satu jenis mangrove di Indonesia yaitu Rhizophora.

Di Indonesia ada 43 jenis mangrove sejati, lebih banyak dibanding semua negara-negara lain yang jumlah mangrove sejatinya sedikit. Tidak heran kalau banyak peneliti dari negara lain datang ke Indonesia untuk mengamati tumbuhan ini. Masing-masing dari jenis itu memiliki ciri-ciri yang berbeda, bisa dilihat dari bentuk daunnya, buah, bunga, dan akar. Penasaran dengan 43 jenis itu apa saja? Anda bisa datang ke Blue Forests karena Yayasan ini cocok untuk Anda yang ingin belajar tentang mangrove.

Logo Blue Forests
Kabar gembira untuk warga Sulawesi Selatan adalah di Pulau Panikiang, Kabupaten Barru, ada 17 jenis Mangrove, hal ini berdasarkan penelitian tahun 2014 yang dilakukan oleh Suwardi Mahasiswa Biologi Unhas. Pulau Panikiang bisa jadi salah satu tempat wisata untuk para pembaca nih yang penasaran dengan Hutan Mangrove. Akses kesana menggunakan perahu mesin dan biayanya cukup terjangkau hanya Rp 30.000 per-orang dan sudah termasuk Pulang Pergi. Saat Anda kesana saya sarankan jangan bawa kenang-kenangan seperti sampah, bungkus makanan, snack, minuman, sisa puntung rokok, dan semacamnya. Dijadikan satu, dikumpul saja dulu dan nanti di buang kalau lihat tempat pembuangan sampah. Pulau Panikiang bisa menjadi bukti nyata bahwa kehidupan masyarakat disana dan hutan mangrove jika dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan ekologi berjalan dengan baik.

Semoga di kawasan pesisir lain juga seperti itu, jika tidak, tugas kita lah saling menyadarkan agar masyarakat benar-benar tahu akan fungsi dan manfaat mangrove dari 3 aspek tadi sehingga jika bencana datang mereka tak perlu khawatir karena sudah ada perencanaan untuk mengantisipasinya. Boleh melakukan kegiatan  dan mengunjungi wisata alam asal kita juga harus bertanggung jawab dengan menjaga keasliannya, melestarikan lingkungan dan bisa juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Semuanya bermula dari kesadaran masing-masing diri kita kan.

Rumah penduduk di Pulau Panikiang yang memiliki luas pulau 98 Hektar.

Kawasan Hutan Mangrove di Pulau Panikiang yang luas kawasan mangrove 82 Hektar.

Jika tahun 2014 di Pulau Panikiang ada 17 Jenis Mangrove, bagaimana dengan tahun ini atau tahun yang akan datang? Apa akan bertambah atau justru berkurang?

Sungguh sangat memprihatinkan sebenarnya kalau tahun selanjutnya Mangrove justru semakin berkurang, karena Mangrove sendiri memiliki 10 kali lipat untuk mengurangi karbon dibanding dengan hutan-hutan lainnya. Bukan hanya mengurangi karbon, tetapi juga dapat mengatasi masalah banjir di kawasan pesisir, membantu untuk mendapatkan air bersih dan udara yang segar, menjadi sumber pendapatan bagi Nelayan dari kepiting, ikan, udang yang mereka jual, dan masih banyak manfaat dari mangrove. 

Jangan terlalu bergembira juga, karena ada kenyataan yang memilukan tentang kondisi mangrove saat ini. Tahun 1980 luas mangrove Indonesia ada 4,2 juta hektar, kemudian tahun 2010 terdata sisa 2 juta hektar saja. Kemana sisanya? ada karena dijadikan tambak, tidak sedikit pula yang dijadikan pemukiman, pabrik, mal, dan lainnya. Jadi sedih lihatnya, dulu penuh dengan warna hijau akibat daun yang lebat dari mangrove, sekarang berubah jadi abu-abu akibat tambak. Lalu tambak juga bertahan 3 sampai 5 tahun, sedangkan kalau Mangrove bisa sampai jangka panjang, dan manfaatnya lebih banyak. Jadi untuk para juragan tambak nih, tolong kalau mau bikin lahan tambak jangan ambil lahannya mangrove ya. Bukan juragan tambak saja, tapi pengusaha yang mau menanam modal di kawasan hutan mangrove, mending menanam dan merawat Mangrove saja.

Kawasan Hutan Mangrove di Kecamatan Balusu, terlihat berbeda dengan Mangrove di Pulau Panikiang yang rindang.
Saya juga kagum dengan usaha dari teman-teman, lembaga/instansi pemerintah yang turut peduli lingkungan dengan melakukan penanaman mangrove, tapi sebelum menanam, semestinya cari tahu dulu sejarahnya lokasinya, apakah pernah ditanami mangrove, jika belum sebaiknya jangan ditanam, daripada upayanya tidak berhasil. Karena proses menanam jenis-jenis mangrove itu tidak semuanya sama. Alangkah baiknya bekerja sama dengan peneliti mangrove atau yayasan yang berfokus tentang mangrove seperti Blue Forests untuk berkonsultasi agar upaya strategi konservasi kawasan hutan mangrove kita berhasil. Jadi bukan hanya melakukan penanaman dan pembibitan, kemudian difoto, dan hasil akhirnya ternyata gagal tumbuh. Bukannya mengantisipasi untuk terhindar dari bencana tapi menambah bencana, bencana anggaran yang terbuang dengan percuma. Bagaimana dengan lokasi kawasan mangrove yang sudah rusak? Lakukan rehabilitasi, libatkan masyarakat setempat dalam perencanaan, dan pengawasan lokasi rehabilitasi tersebut.

Jadi, ada apa dengan mangrove semoga terjawab ya. Kenyataan mangrove dan bakau itu sebenarnya beda, beberapa manfaat dari mangrove, kondisi mangrove sekarang, upaya strategi konservasi mangrove yang bisa dilakukan, pesona wisata ekologi hutan mangrove contohnya yang ada di Pulau Panikiang, Kabupaten Barru. Jika ingin lebih banyak tahu lagi, bisa dikomentar di blog ini, atau menambah informasi juga boleh.

Semua tulisan ini saya dapatkan saat melakukan kegiatan Edutrip (jalan-jalan sambil belajar) International Mangrove Day yang diadakan oleh Blue Forests dengan mengajak kami yang suka berbagi lewat tulisan dan foto untuk mengedukasi kan ke keluarga, teman, dan para pembaca. Semoga yayasan, lembaga, instansi, teman-teman dari himpunan kampus atau osis sekolah bisa melakukan kegiatan serupa, trip sekalian belajar, my trip my educational, perjalananku pengetahuanku.

ID Card untuk peserta lomba blog dan lomba foto. Terima Kasih untuk semua pihak yang mendukung kegiatan ini
Sekarang 2016, Selagi Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk hidup, berbuat baiklah kepada lingkunganmu, berbagi informasi lah kepada mereka yang belum tahu, karena amalan baik bisa saja menjadi penolong kita saat di akhirat kelak. Salam mangrover! Siapapun bisa menjadi pahlawan lingkungan. Selamat hari Mangrove Sedunia, International Mangrove Day (26 Juli).